Aba..
Nda sedih, kenapa aba secepat itu meninggalkanku sendirian. Tanpa kata, tanpa ucapan..
Aba..
Andai waktu bisa terulang, ataukah seandainya aku tau, klo umurmu hanya sebentar, mungkin bisa lebih baik dari ini pengabdianku padamu. Suka duka telah kita lalui bersama.. Semoga engkau dan aku mendapatkan syafaat nabi Muhammad SAW. Kemudian dipertemukan kembali di surgaNya Allah.
Minggu malam 24 Juni 2019, sepulangnya beliau silaturahim dari Purwakarta, dia minta disiapkan makanan. Kami sempat makan malam bareng, bercanda, aku yang penasaran dengan aktifitasnya dia selama silaturahim itu. Setelah itu, minta dipijit, katanya badannya tidak enak. Sampe tertidur tepat pukul 9. Aku tidak sadar dan tidak tau kalau itu hal terakhir yang bisa kupersembahkan untuknya.
Jam 11 malam, dia pun terbangun dan duduk seraya bilang “Astagfirulloh aladzim” kemudian terjungkel ke belakang, aku yang kaget kemudian bangun dan berusaha memberikan pertolongan pertama. Yaitu memberikan aromaterapi ke hidungnya. Saking paniknya, karena dirumah cuman berdua, akhirnya aku putuskan telp keluarga yang rumahnya kurang lebih 3 km an.
Orang yang pertama dateng adalah nenek (ibu) dan orang tuaku. Sedangkan mamah dan papah datang terakhir. Kami langsung membawa Almarhum ke rumah sakit secepat mungkin. Dan setibanya di RS semua serba dimudahkan, dipercepat dan di prioritaskan.
Kemudian, aku dipanggil oleh dokter jaga disana dan mengabarkan kondisi suami. “Kondisinya kritis, beliau terkena shock jantung, kemungkinan hidup pun hanya 50:50, berdoa saja semoga mendapatkan keajaiban”. Setelah mendapatkan kabar tersebut, aku langsung ciut lemas gak berani mendekati suami. Sedih campur aduk, tapi kemudian aku sadar, dia harus diberikan semangat.
Kemudian suami sadar, dan bisa membuka mata, “Nda, pijitin tangan aba, yang ini pegel banget”, “Kepala aba pusing nda”. Seketika aku langsung ambil aromaterapi itu dan aku langsung oleskan ke bagian yang sakit. Kemudian dia ingin memegang tanganku. Itulah pegangan terakhir kami.. tersadar ketika papah menghampiri kami dan dia bilang, aduh itu kateter sakit.
Trs dia bilang lagi “Nda, itu puyuh kasih minum”, “Es nya cepetan dibuka, aba haus”. Sepintas malah terkesan itu ngigo nya dia pas kemarin kita sempat melakukan syawalan bareng.
Tidak berselang lama, kemudian dia sesak nafas, trus oksigennya minta dikecilkan, “Dok, sy mau duduk sebentar saja mau buang dahak” katanya. Kemudian dokter bilang “Jangan pak, bapak istirahat saja, tiduran capek klo bapak ngomong terus”. Aku langsung ambil sikap membopong dia buat duduk. Dan diapun membuang dahak ke tisu yang sudah aku pegang.
Tidak berselang lama, dia tidur lg.. seraya bilang “Astagfirulloh, Asyhadualla ilaa ha illalloh, waasyhaduanna muhamadarrosullulloh, Allohuakbar” sambil ngelihat ke arah kanan.
Padahal disaat itulah tekanan darahnya naik, yang semula drop dari 60 jadi 70. Hasil EKG jg bagus. Siapa sangka, itulah massa terakhirnya bersama kami di dunia.
Sedih, merasa terpukul.. ini udah qodho dan qodar Nya Allah. Semua yang bernafas akan kembali keharibaanNya.
Manusia cuman bisa berharap dan berdoa, tapi Allahlah yang menentukan. Aku berdoa, semoga suami diterima iman islamnya, amal ibadahnya, semoga dilapangkan didalam kuburnya, diterangkan didalam kuburnya. Semoga kelak kita bisa berjumpa di surgaNya Allah sebagaimana yang telah engkau ucapkan “Semoga kita menjadi suami istri hingga ke Jannah”, tepat di hari ulang tahunku.
Miss you Aba, semoga Nda bisa menjalankan hidup tanpamu di dunia. Diberikan syafaat oleh nabi Muhammad, dan jika kelak kamu masuk syurga terlebih dahulu, berikanlah aku syafaatmu 😘.
My heart was lost. Not at same like you were here. My heart is missing. Still love you.. forever..